Kuliah Umum Etnopedagogi Bersama Prof. Dr. Sudarmin, M.Si di Universitas Bengkulu: Mengintegrasikan Kearifan Lokal ke dalam Pembelajaran Sains
Program Studi Pascasarjana S2 Pendidikan IPA Universitas Bengkulu sukses menggelar kuliah umum bertajuk “Etnopedagogi” pada hari Jumat, 11 Oktober 2024. Acara yang berlangsung di wings kiri Gedung Laboratorium Pembelajaran FKIP UNIB ini menghadirkan narasumber terkemuka, Prof. Dr. Sudarmin, M.Si, seorang pakar dalam bidang etnosains dan pendidikan. Kuliah umum ini diikuti oleh dosen, serta seluruh mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan IPA Universitas Bengkulu, yang sangat antusias dalam menyimak materi dan diskusi terkait pentingnya pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sains.
Dalam kuliah umumnya, Prof. Dr. Sudarmin membahas secara mendalam tentang etnopedagogi, sebuah pendekatan pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai budaya lokal dengan proses pembelajaran. Beliau menekankan bahwa integrasi kearifan lokal tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga memberikan landasan yang kuat dalam pemahaman sains berbasis budaya. Tema utama yang diangkat adalah etnosains, yaitu penerapan ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan pengetahuan tradisional dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Etnosains dalam Pembelajaran Sains: Potensi Kearifan Lokal Bengkulu
Salah satu pokok bahasan dalam kuliah umum ini adalah potensi besar yang dimiliki kearifan lokal Bengkulu untuk dimasukkan ke dalam kurikulum sains. Prof. Sudarmin menjelaskan bahwa tradisi lokal, cerita rakyat, dan seni budaya Bengkulu dapat dijadikan sebagai alat pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh, cerita rakyat Putri Gading Cempaka, yang sarat dengan nilai-nilai kebijaksanaan, dan tradisi Tabut yang penuh makna sejarah, bisa menjadi inspirasi dalam menyusun modul pembelajaran sains yang relevan dengan kehidupan masyarakat setempat.
Tak hanya berhenti di situ, Prof. Sudarmin juga memperkenalkan konsep kreatif berupa batik kimia, yakni batik dengan motif yang terinspirasi dari struktur kimia atau alat-alat laboratorium. Kain batik ini tidak hanya menjadi media untuk melestarikan seni tradisional, tetapi juga menjadi sarana belajar visual bagi siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. Hal ini diharapkan mampu menjadikan pembelajaran sains lebih menarik dan kontekstual, serta memberikan pendekatan unik yang menggabungkan seni dan ilmu pengetahuan.
Mengangkat Nilai Luhur dan Tradisi Bengkulu dalam Etnopedagogi
Lebih lanjut, Prof. Sudarmin menjelaskan bahwa pendekatan etnopedagogi bertujuan untuk membawa pendidikan lebih dekat dengan budaya masyarakat lokal. Dalam hal ini, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi dan kebiasaan masyarakat Bengkulu dapat menjadi dasar yang kuat dalam pembentukan karakter siswa, sekaligus memperkuat identitas budaya mereka. Salah satu contohnya adalah tradisi Tabut, yang tidak hanya memiliki nilai sejarah tetapi juga mengajarkan tentang solidaritas, ketabahan, dan gotong royong. Nilai-nilai ini dapat diadaptasi ke dalam konteks pendidikan sains, sehingga siswa dapat melihat hubungan antara ilmu pengetahuan dengan kehidupan sosial mereka.
Selain itu, Prof. Sudarmin juga membahas pentingnya pengembangan bahan ajar seperti modul dan buku yang memadukan unsur etnosains. Dengan memanfaatkan kearifan lokal sebagai bahan ajar, siswa diharapkan lebih mudah memahami konsep-konsep sains yang kadang sulit dicerna jika hanya disampaikan secara teoretis. Penggunaan konteks budaya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dapat membantu mereka menghubungkan teori dengan praktik nyata, sekaligus memperkaya pemahaman mereka tentang dunia di sekitar.
Manfaat Etnopedagogi dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Sudarmin juga menekankan bahwa pengintegrasian etnopedagogi ke dalam pembelajaran sains memiliki banyak manfaat. Selain meningkatkan daya tarik pembelajaran, etnopedagogi juga berperan penting dalam mempertahankan dan melestarikan kebudayaan lokal di tengah era globalisasi. Dengan menghadirkan kearifan lokal di ruang kelas, generasi muda akan lebih menghargai warisan budaya mereka sekaligus meningkatkan kompetensi mereka dalam bidang sains.
Kuliah umum ini mendapatkan sambutan positif dari seluruh peserta. Para dosen dan mahasiswa sangat antusias mengikuti diskusi, yang tidak hanya membahas teori tetapi juga mengkaji implementasi praktis dari etnopedagogi dalam pembelajaran. Sebagai penutup, Prof. Sudarmin mengajak seluruh peserta untuk terus menggali potensi lokal yang ada di daerah masing-masing dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar yang inspiratif.
Harapan ke Depan
Dengan diadakannya kuliah umum ini, diharapkan dosen dan mahasiswa dapat semakin mengembangkan model pembelajaran yang inovatif dan kontekstual, berlandaskan pada kearifan lokal. Universitas Bengkulu melalui Program Studi Pendidikan IPA juga berharap bahwa pendekatan etnopedagogi ini dapat diintegrasikan lebih luas dalam berbagai mata pelajaran, tidak hanya di bidang sains tetapi juga dalam disiplin ilmu lainnya, sehingga pendidikan yang berakar pada budaya lokal semakin memperkaya karakter dan pengetahuan siswa. Kuliah umum ini menjadi langkah awal yang penting dalam memperkuat sinergi antara ilmu pengetahuan dan budaya, sekaligus mengajak generasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai warisan budaya yang ada di sekitar mereka.